Hari
ini adalah hari terakhir saya di Toraja, di pagi hari saya akan langsung
melakukan perjalanan kembali ke Makassar lalu ke Jakarta. Sedih rasanya, semoga
dilain waktu saya mendapatkan kesempatan untuk kembali mengeksplorasi Toraja,
Makassar, dan bagian-bagian lain di Sulawesi! Amin.
Eksotisme
Gunung Nona. Pukul 06.40 WITA saya check out dari penginapan dan langsung
menuju Gunung Nona untuk sarapan. Keluar dari penginapan wusss... terasa angin
dan udara dingin menebus kulit. Di perjalanan juga tampak kabut putih di
mana-mana. Tips: karena peralihan udara dingin di Toraja dan udara yang lebih
panas di Makassar, ada baiknya mengkonsumsi vitamin C sebelum tiba di Makassar
agara daya tahan tubuh terjaga. Gunung Nona atau dalam bahasa setempat adalah
Buttu Kabobong yang berarti sesuatu yang disembunyikan. Bentuk Gunung Nona yang
berlipat-lipat sering kali diasosiasikan dengan alat kelamin wanita. Bukit ini
terbentuk dari proses yang cukup panjang dari batu pasir di dasar laut yang
terangkat dari akibat tumbukan lempeng benua (Kompas.com, 2014). Nikmat sekali
rasanya memandang eksotisme Gunung Nona sambil menyantap sarapan dan diakhiri
dengan segelas kopi toraja. Aaah... tak perlu jauh-jauh ke Swiss untuk
menikmati pegunungan indah! Rasanya saya siap berjam-jam di sini!
Selamat
Datang Kembali di Makassar. Setelah
menempuh perjalanan yang berkelok-kelok selama delapan jam (yap, jalur menuju
Makassar naik-turun bukit entah berapa kali) tibalah saya kembali di Makassar.
Waktu diperjalanan saya habiskan berbincang-bincang bersama Mureen & Milla,
Kak Ayit (tour guide), dan molor hahaha. Sempat juga kami berhenti untuk
menikmati pemandangan laut biru yang terbentang luas dengan bingkai langit
cerah, sangat indah. Setiba di Makassar, ternyata masih ada waktu beberapa jam
sebelum flight yang akan mengantarkan saya ke Jakarta. Baiklah, saya dan
teman-teman akhirnya memutuskan untuk wisata kuliner dan berbelanja oleh-oleh.
Menyantap
Makan Siang di Warung Coto Nusantara. Jarum
jam sudah menunjukan bahwa waktu sudah menjelang sore. Cacing-cacing di perut
sudah meronta-ronta diberi makan. Kamipun melepas lapar di Warung Coto
Nusantara di Jl Nusantara. Semangkuk coto dihidangkan dengan taburan daun
bawang dan seledri di atasnya. Pertama-tama tercium aroma tauco yang kuat,
setelah dicicipi terasa rasa gurih kacang tanah, pedas merica, dan asam jeruk
nipis. Belum lagi irisan-irisan daging sapinya yang empuk. Aaah sedap sekali!
Oh ya, semangkuk coto biasa disantap dengan ketupat.
Sudah Kenyang? Sudah! Masih Ingin Makan? Masih.. Seperti kutipan kekinian yang mengatakan "There's always room for dessert." Karena sudah puas dengan makanan berat kamipun mampir di Rumah Makan Bravo di Jl Andalas 154 untuk menyantap dessert. Dessert khas Makassar? Sudah pasti es pisang ijo! Paduan dingin antara susu, sirup, bubur sumsum, dan pisang lapis dadar terasa menyegarkan di mulut. Porsinya pun pas dan mengenyangkan. Sudah? Belum.. hahaha. Selanjutnya kami memesan es pallu butung. Tidak jauh berbeda, es ini membuat mulut dan kerongkongan saya bersorak gembira hahaha. Rasanya manis menyegarkan. Bedanya es pallu butung menggunakan pisang kukus yang dipotong-potong tanpa lapisan dadar.
Sampai Jumpa Kembali. Akhirnya waktu flight menuju Jakarta sudah semakin dekat. Setelah membeli oleh-oleh kamipun berkendara menuju Bandara Sultan Hasanudin. Rasanya sedih, belum puas, dan terbesit keinginan satu bulan berada di Sulawesi untuk mengekplorasi lebih banyak lagi. Mungkin sekarang belum saatnya, mungkin nanti. Amin. Di akhir kata yang dapat saya katakan adalah, terima kasih Makassar-Toraja yang sudah memberikan saya pengalaman baru semoga dilain waktu kita dapat berjodoh kembali. Bye!
Semoga tulisan saya bermanfaat
bagi yang membacanya.
Love, Irena Nova Wijaya