Hello,
kali ini saya akan menceritakan tentang pendakian santai ke Gunung Cikuray yang
memiliki ketinggian 2.821 mdpl. Kenapa disebut santai? Ya, silakan disimak!
Agar
pendakian lancar kami mempersiapkan pendakian dengan matang, sekitar satu bulan
sebelum mendaki kami rutin jogging
setiap minggu. Rutinitas jogging
diharapkan membuat stamina dan mental dalam keadaan baik untuk mendaki. Karena
dari review yang saya dapat, Gunung
Cikuray memiliki jalur yang sulit untuk didaki, penuh dengan hal mistis (mana
saat pendakian saya lagi datang bulan hiks!). Selain itu setengah dari anggota kami baru pertama kali mendaki.
Yoo
semangat!
Hari
Minggu pukul 12.00 kami berkumpul di Grogol. Setelah semua datang
(Bhete, Ojan, Ncek, Iki, Otto, dan saya sendiri) pukul 13.00 kami berangkat ke Jatinegara
untuk menjemput Icha. Setelah bertemu Icha, pukul 14.00 kami berangkat menuju Garut menggunakan dua buah city
car. Pakai mobil pribadi? Yap! Santai kan.. (Biasa kalau ngedaki ngeteng hahaha). Setelah bermacet-macetan dan nyasar sampailah kami di rumah Pak RT sekitar pukul 21.30. Kamipun berbasa-basi,
melakukan proses registrasi dan mengecek perlengkapan. Ups! Ternyata persedian
makanan berlebihan. Lalu kami memutuskan untuk memasak persedian makanan, makan dan beristirahat.
Keesokan
harinya pukul 05.25 kami memulai pendakian dari rumah Pak RT melalui jalur Desa
Cinta Nagara, Bayongbong. Perjalanan menuju Pos 1 diwarnai dengan ladang jagung, ladang bayam, ladang ubi, dll. Pondasi tanah
juga berbentuk miring yang manandakan kami terus
berjalan ke atas. Sebenarnya dari sini kami sudah dapat melihat puncak cikuray.
Puncak Gunung Cikuray. |
Baru tiba di Pos 1 (pos pemantau) dengan ketinggian 1557 mdpl kami sudah
melepas lelah selama 30 menit hahaha santai aja ga usah terburu-buru hahaha.
Iki, Icha, Otto, Ncek, dan Ojan. |
Pemandangan dari Pos 2 Gunung Cikuray. |
Selow.. |
Perjalanan menuju Pos 3 melalui Tanjakan Ombing, beeeh… dahsyat!
Tanjakan yang terjal diwarnai dengan pasir yang tebal dan berterbangan. Dua
langkah mendaki, satu langkah terseret turun. Ada baiknya menggunakan buff atau masker untuk melindungi area
wajah. Menurut saya jalur ini menyerupai dengan Tanjakan Setan yang ada di
Gunung Gede tapi plus dengan pasir! Supeeeeeer!
Akhirnya sampai juga di Pos 3 (Kandang Bagong) dengan ketinggian 2.168 mdpl.
Jangan sedih.. waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 tapi kami baru sampai Pos 3
yang penting makan siang dulu. yeaah makan! Menu makan gunung pertama kami
adalah nasi, tempe dan rendang. Yes rendang! Makan rendang di gunung tuh mewah banget.. Setelah
perut kenyang dan hati senang kami melanjutkan perjalanan. Dari Pos 3 tibalah kami memasuki area yang baru, dari yang berpasir dan terbuka kini mulai tertutup oleh pepohonon, masuk hutan sore-sore nih, uhuy! Oh ya, hutan di Gunung Cikuray juga memiliki cuaca ya kering sehingga tidak ada pacet, yes!
Sampai Pos 5 sekitar pukul 16.30. Kami melepas lelah sejenak, ngobrol-ngobrol cantik, ngemil-ngemil lucu,
dan Bhete juga sempat “menabung” (kebanyakan sih..).
Baru beberapa menit kami
melanjutkan pendakian, secara perlahan langit memunculkan gelapnya kamipun
menyalakan head lamp. Kaki terus
menanjak ke atas, ada yang terjal ada yang hanya seperti menaiki tangga, di
kiri kanan ditemani dengan akar-akar pohon dan rimbun daun yang saling
terjalin, cahaya head lamp kami
menjadi satu-satunya penerang saat itu. Stamina terus menurun mengkontaminasi
mental yang semakin sulit untuk berjuang. Salah satu anggota kamipun sempat
berujar, “Sudah, kita nge camp di Pos
6 aja.” Saya sempat merasa kecewa, karena rencana awal kami adalah mendirikan
tenda di puncak. Namun semua kembali lagi pada keputusan kelompok. Otto terus
memimpin kami dengan berjalan paling depan. Tiba-tiba Ia berteriak dari
kejauhan, “Kyu! Kyu! Sudah sampai puncak woy!” What? Mana Pos 6 nya? Tidak
satupun dari kami yang menyadari di mana keberadaannya. Semangat sayapun
terpacu dan bergegas melangkah menuju puncak. Alhamdulillah kami tiba di puncak
Gunung Cikuray sekitar pukul 20.00. Well, kalau dihitung-hitung kami mendaki
selama 14 jam.. luarrr biasaa! Kelewat santai itu mah, jangan dicontoh ya
teman-teman..
Sampai
di puncak kami dibantu oleh tiga orang pendaki lain yang sudah lebih dulu
sampai. Mereka membantu membawakan carrier
dan mendirikan tenda. Terima kasih banyak ya mas-mas yang tidak sempat saya
tanyakannya namanya :’) (Saya hanya tahu meraka berasal dari Tangerang). Kamipun
berganti baju, memasak, makan, dan melepas lelah di dua buah gubuk yang
telah kami bangun. Selamat malam Cikuray, terima kasih engkau telah mengajarkan kami untuk mengenal diri kami.
“Tetttt!
Tettt!” Suara nyaring alarm membangunkan kami. Saat itu pukul 04.30 kamipun
bersiap untuk menikmati sunrise dan
keindahan Gunung Cikuray yang tidak sempat kami lihat semalam. Baru selangkah
keluar dari tenda, udara dingin menusuk hingga tulang. Kami berjalan menuju
tanah tertinggi di puncak Gunung Cikuray untuk menanti sunrise. Berada di tanah tertinggi puncak dengan perjuangan yang
tidak dapat dikatakan mudah, bersama teman-teman tercinta, serta menikmati
keindahan yang tercipatakan olehNya. Saya merasa bersyukur dan tidak ada yang
dapat saya katakan selain “terima kasih.”
Menjelang sunrise. |
Aha! King of Cikuray. |
Sekitar
pukul 09.30 kami turun dari puncak menggunakan jalur yang sama dan tiba di rumah Pak RT sekitar pukul 15.00
(kami juga sempat beristirahat 1 jam). Alhamdulillah naik dan turun gunung dalam
keadaan sehat dan utuh tanpa kekurangan satu hal pun. Kesan
saya akan pendakian kali ini adalah menyenangkan, semakin bersyukur kepada
Tuhan YME, semakin sayang dengan teman-teman, dan nagih naik gunung lagi tentunya! Lalu pesan saya adalah buat waktu menjadi lebih efektif,
tingkatkan teamwork, dan kuatkan
mental (fisik sudah pasti akan mengikuti). Sedikit-sedikit istirahat yang kami
lakukan juga sebenarnya tidak baik bagi kesehatan, karena teralu lama
beristirahat tubuh menjadi lebih lemas. Namun secara keseluruhan semua baik dan
saya menyukainya. Akhir kata, sampai jumpa di perjalanan berikutnya!
Berikut oleh-oleh selama perjalanan turun:
Tanjakan Roheng berada diantara Pos 4 dan Pos 3. |
Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membacanya.
Love, Irena Nova Wijaya.