Selasa kemarin kelas kami kedatangan seorang praktisi
psikologi pendidikan yang bernama Ibu Aswini. Beliau mengajar disalah satu kindergarten internasional ternama di Jakarta.
Di depan kelas beliau berbagi tentang pengalaman nya mengajar, cara
berinteraksi dan menangani anak-anak dalam setting
pendidikan, serta menjelaskan teknik pengajaran yang ia sendiri terapkan. Ibu
Aswini menerapkan teknik active learning
dalam kelasnya. Dimana akan terlihat seperti seperti sekumpulan anak-anak
belajar ‘terlalu bebas’ di dalam kelas tanpa aturan apabila kita tidak mengenal
lebih lanjut bagaimana teknik pengajaran active
learning. Active learning adalah
sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam berpartisipasi dalam
proses belajar dan guru sebagai fasilitator. Dalam kelas active learning guru harus kreatif (hal tersebut merupakan
tantangan bagi guru dengan teknik pengajaran active learning) dan setiap hari harus membuat rencana berdasarkan
minat anak, tidak hanya berdasarkan buku panduan. Contoh, Ibu Aswini suatu hari
memperhatikan murid-muridnya sedang senang bermain balok, keesokan hari nya
beliau membuat bahan pelajaran dengan menggunakan balok.
Dalam kurikulum tetap menggunakan tata cara nasional seperti
umum nya tapi tidak dari buku saja, itu point
nya. Di kelas anak bebas berekspresi namun tetap ada aturan. Dalam
berinteraksi dengan murid beliau jarang memuji seperti berkata “Kamu cantik
sekali hari ini” tapi beliau akan berkata “Kamu terlihat berbeda..” atau “Sekarang
kamu sudah bisa sampai sini ya.. padahal kemarin..” Hal tersebut dilakukan agar
percakapan terus berlanjut antara guru dan murid, dengan begitu satu sama lain
akan lebih dekat. Di dalam kelas apabila terjadi konflik antar murid beliau
memberlakukan problem solving approach.
Contoh, ketika memainkan computer kelas yang terbatas jumlah nya, diberikan
waktu tertentu agar setiap anak dapat dengan adil memainkan computer. Ibu
Aswini juga berujar semakin tinggi jam terbang seorang guru semakin baik problem solving nya. Sebaliknya apabila problem solving sudah diberlakukan namun
belum belum berhasil dan antar murid terjadi konflik, beliau tidak akan berkata
“Ayok salaman” atau “Ayok minta maaf” tapi beliau akan berkata “Kamu mau
melakukan apa?” atau “Lalu kamu ingin bagaimana?” Kerana urusan ‘minta maaf’
setiap anak pasti sudah diajarkan dari rumah. Beliau ingin mengajarkan agar
anak lebih banyak berpikir, menyelesaikan masalah, mandiri, dan aktif.
Kelas yang diajar Ibu Aswini juga melarang murid-murid nya
memakai diaper. Diaper yang dipakai anak harus dilepas sebelum memasuki kelas. Selain
itu, apabila ada murid berkebutuhan khusus disediakan shadow teacher, yaitu guru yang selalu ada tepat dibelakang seorang
murid untuk membantu menjalankan tugas-tugasnya. Disamping itu, guru-guru
disediakan pelatihan menangani keluhan orang tua murid (listening). Kesan saya sendiri terhadap Ibu Aswini adalah ramah dan
antusias dalam berbagi ilmu dan pengalaman nya mengajar serta membuka
perspektif baru dalam dunia pendidikan, seperti teknik pengajaran yang tidak
monoton membuat murid jadi lebih aktif dan tertarik belajar. Bagi kami para
mahasiwa ilmu yang diberikan Beliau sungguh menarik dan sangat bermanfaat. Terima kasih Ibu Aswini.
No comments:
Post a Comment