Selamat Pagi!
Pagi
ini saya terbangun di Provinsi Gangwon. Pemandangan yang indah.. udara yang segar.. membuat tubuh dan pikiran kembali utuh!
30.3.2018
Pagi di Gangwon-do
Kemarin malam saya melepas lelah di salah
satu penginapan di Tosengmyeon, Gangwon-do. Enak sekali dapat beristirahat di
atas kasur, mengingat kemarin malam beristirahat di pesawat hehe. Ada yang unik
dengan penginapan di Korea. Masyarakat Korea menganut gaya hidup sehat jadi di sini
menggunakan kasur kesehatan yang cenderung keras. Beberapa hotel juga
menyediakan Ondol. Ondol adalah penghangat ruangan tradisional Korea, biasanya
dipakai pada musim dingin.
On the Way Gunung Seorak
Pagi ini saya mau ke Gunung Seorak. Saat
ini bunga-bunga sakura sedang mau mekar, jadi di jalan terlihat
kuncup-kuncup bunga sakura. Kalau di Korea nama bunga sakura adalah botkot. Di perjalanan, local guide menceritakan kepada saya tentang sejarah bunga sakura. Dahulu Jepang menjajah
Korea selama 35 tahun. Lalu Jepang mengambil bibit bunga sakura dari Korea. Bibitnya
mereka ambil, tanam, dan budidayakan. Sampai akhirnya Jepang menyebutnya
sebagai bunga nasional. Kalau dipikir-pikir sejarah ini mirip dengan bunga
tulip, Belanda, dan Turki.
Daerah Gunung Soerak adalah wilayah yang
bunganya mekar paling lama karena terletak di Korea Selatan bagian utara. Sedangkan
daerah Jeju adalah wilayah yang paling cepat karena terletak di Korea Selatan bagian
selatan. Selain itu di Jeju udaranya lebih hangat.
Gunung Seorak
Perkiraan
suhu hari ini adalah 8-11 derajat (ditambah angin bisa lebih dingin 2 derajat) jadi setibanya di Gunung Seorak
saya harus menggunakan coat. Gunung Seorak ini terletak di daerah paling utara Korea
Selatan jadinya berbatasan dengan Korea Utara. Dulu mata-mata dari Korea Utara masuk
melalui Gunung Seorak.
Gunung Seorak merupakan gunung tertinggi
ke tiga di Korea Selatan dengan ketinggian 1708m. Tertinggi pertama adalah
Gunung Halla (1950m) dan kedua adalah Gunung Jiri (1915m). Nama Seorak juga memiliki
arti. “Seor” artinya salju, sedangkan “Ak” artinya gunung tinggi. Kalau sedang
turun salju di Gunung Seorak, saljunya tidak mudah mencair. Gunung Soerak merupakan Taman Nasional di Korea.
Selama di area Gunung Seorak tidak diperbolehkan merokok, membuang sampah
sembarangan, mengambil kerikil atau daun karena dilindungi oleh pemerintah.
Di bagian bawah Gunung Soerak terdapat patung
beruang yang merupakan lambang Gunung Seorak. Dulu banyak beruang di sini. Namun
karena dulu masyarakat korea senang menembaki beruang untuk mengambil empedunya
sebagai obat, keberadaan beruang menjadi langka. Akhirnya pemerintah
melestarikannya, masih terdapat beruang di hutan Gunung Seorak. Besarnya tidak
sebesar beruang kutub namun lebih kecil. Di bagian dada beruang terdapat gambar
bulan sabit putih. Oleh karena itu disebut beruang bulan sabit. Selain itu juga
terdapat patung Budha. Patung Budha juga cukup besar. Dari sana saya berjalan
lagi dan menemukan jembatan kayu yang pemandangannya sangat indah.
Setelah itu saya berjalan ke arah cable
car. Ya, mendaki Gunung Seorak kita menggunakan cable car untuk mencapai setengah
ketinggian gunung. Untuk mencapai puncaknya kita harus menanjak lagi sekitar 500m.
Di dalam cable car tidak ada kursi jadi kita semua berdiri. Untuk rekomendasi
ambillah posisi kanan agar bisa melihat gunung batu putih. namanya Ulsanbawi. Sampai di puncak Gunung Seorak kita bisa melihat jurang-jurang dan pemandangan yang menakjubkan.
Setelah dari Gunung Seorak saya makan
siang dengan menu makan siang yang sehat, yaitu ikan makarel. Tempat makan
siang saya juga ada ondolnya. Lantainya terbuat dari batu lalu dilapis dengan
kayu. Jadinya terasa hangat, enak sekali hehe. Oh ya, kalau musim dingin Gunung
Seorak juga bisa mencpai minus 30 derajat Celsius.
On the Way Seoul
Setelah kenyang makan siang perjalanan
dilanjutkan menuju Seoul. Perjalanan memakan waktu sekitar 2-3 jam. Selama
perjalanan saya melewati ladang-ladang dan gunung-gunung. Local guide memberitahu
bahwa di atas gunung banyak terdapat kuburan karena di Seoul tidak ada taman
pemakaman umum. Masyarakat korea biasanya di kremasi dan abunya diletakkan di
rumah duka. Menaruh guci berisikan abu di rumah duka dikenakan biaya. Nah, bila
ingin di kubur, masyarakat harus membeli tanah di pegunungan.
Menurut local guide 60% masyarakat korea
memiliki agama dan 40% tidak menganut salah satu dari agama. Agama-agama di Korea antara
lain Budha, Protestan, Katolik, dan Islam. Dulu mayoritas agama di sini adalah Budha
namun sekarang adalah Protestan. Di Seoul akan terlihat setiap jalan sekitar 1km kita akan menemukan gereja. Sedangkan vihara lebih
banyak ada di pegunungan. Menurut local guide, masyarakat korea yang memeluk
islam kurang lebih 150.000 orang.
Istana Gyeongbok
Sesampai di Seoul saya langsung ke Istana
Gyeongbok. Ini merupakan istana terbesar yang dibangun Dinasti Joseon. Untuk
mencapai bangunan utama istana saya masuk melalui Museum. Di dalam museum
banyak barang yang dipakai oleh masyarakat korea sehari-hari. Seru sekali melihat
dan mendengarkan penjelasannya!
Keluar dari Museum saya melewati beberapa
bangunan-bangunan yang terkoneksi dengan bangunan utama. Seperti kamar selir,
kamar istri, dan sebagainya. Di jalan juga saya melewati bunga-bunga sakura
yang mau mekar. Indah sekali.
Area istana ini cukup luas jadi untuk waktu
keseluruhan memakan waktu 1,5 jam untuk sampai ke bangunan utama. Tapi tidak
terasa sama sekali! Mungkin karena begitu banyak hal menarik di sini. Dari bangunan,
sejarah, barang, dan pemandangannya.
Hingga akhirnya sampai juga saya di
bangunan utama. Di dalamnya terdapat kursi raja. Tempat ini sekarang sudah
menjadi tempat wisata dari berbagi negara. Pemerintah Korea Selatan sekarang
bukan lagi dipimpin oleh raja namun oleh presiden. Untuk menuju ruangan kursi
raja saya perlu naik tangga. Nah bagian tengah anak tangga ada tangga-tangga
yang dipagari. Dahulu, hanya raja saja yang boleh melewati tangga tengah. Sampai
di atas pengunjung tidak boleh masuk ke dalam ruangan. Hanya sebatas melihat
dari luar saja. Interior bernuansa merah, emas, dan terasa kemegahannya.
Surga belanja.. Dongdaemun!
Sore hari saya ke Dongdaemun tepatnya ke Mall
Dotta. Tempat ini seperti manga dua nya korea. Di sini saya sempat berbelanja
souvenir untuk oleh-oleh, makan di Shake Shack, belanja di super sale, belanja
di basement yang murah-murah. Jadi Mall ini memiliki basement yang menyambung
ke bangunan di seberangnya. Ke Dongdaemun tidak cocok hanya 1-2 jam saja. Tapi
jangan khawatir karena Mall ini tutup hingga pukul 04.00.
Setelah itu saya kembali ke hotel untuk
beres-beres. Sekitar pukul 21.30 saya ingin ke mini market. Namun setelah
dipikir-pikir rugi juga kalau ke Korea tapi tidak puas menjelajah ke Dongdaemun,
hehe. Akhirnya saya naik taxi menuju Dongdaemun lagi. Setelah selesai belanja
sekitar pukul 00.30 saya kembali mencari taxi untuk kembali ke hotel. Namun
ternyata sulitttttt sekali mencari taxi malam itu. Entah kenapa.. saya jadi
harus jalan 1-2km menjauh dari Mall untuk mencari taxi. Esok paginya saya baru
tahu dari local guide, taxi-taxi di Korea kalau sudah lebih dari puku 00.00 akan
mengalami kenaikan harga jadi kebanyakan supir memilih untuk mengantarkan yang
jarak dekat agar dapat kembali lebih dekat ke pusat keramaian, jadi lebih
untung. Ya, dari hotel saya ke Dongdaemun memang membutuhkan waktu sekitar 40menit.
Bersambung…
Semoga tulisan
saya bermanfaat bagi yang membacanya.
Love,
Irena.
No comments:
Post a Comment