Monday, August 25, 2014

Petualangan Malang

Hallo! Sekali lagi saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajah Indonesia! Ga usah dibayangin gimana perasaan saya untuk trip kali ini. Intinya sih bahagia, lebih bahagia daripada dapet semangkuk bakmi yamin gratis pas buka puasa. Ya langsung saja, kali ini saya mengeksplor Malang! Buat yang belum tahu julukan untuk kota Malang adalah kota pelajar. Malang adalah kota terbesar kedua setelah Surabaya di Jawa Timur. Nah, karena kota Malang terdapat di dataran yang cukup tinggi udara di sini sejuk! Ga butuh AC untuk tidur, kalau perlu untuk mobil (hemat kan? hahaha hidup mahasiswa ekonomis!). Biaya makan di sini juga relatif murah, sangat berbeda dengan di Ibu Kota. Saran saya untuk para pedagang di Malang jangan buka lapak di Ibu Kota, sakit hati bro lihat harganya! Penduduk disini juga ramah dan hangat. Ketika baru sampai Malang dan menuju penginapan yang berlokasi di Batu. Saya sangat menikmati udara sejuk dan sepinya gedung-gedung tinggi. Ya seperti merasa mendapat kata sambutan 'Selamat datang' dari kota Malang (lebay dikit gapapa hahaha). Datang ke Malang bersama rombongan sebanyak 31 orang, kinda hectic but it was totally fun!


Inilah kami, bocah-bocah yang mengaku orang dewasa tapi ujung-ujungnya tetap menjadi bebek (Photo by Gusti)

Kamis, 19/06/2014
Kami kumpul di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul 13.00 karena kereta berangkat pukul 15.15. Tapi ya dasar bebek kalau jalan lelet jadi setengah jam sebelum keberangkatan masih ada saja yang belum datang hahaha. Kami menumpang kereta Matarmaja dengan biaya Rp 65.000. Kereta ini berkelas ekonomi. Kereta terbagi beberapa gerbong, di setiap gerbong terdapat WC serta terdapat kantin disalah satu gerbongnya. Menu makanan di kantin juga cukup dapat memuaskan lidah seperti nasi ayam, nasi rames, nasi goreng atau pop mie. Mhh.. ya perjalanannya memakan waktu 16 jam. Jadi siapkan alat tempur ya biar ga bosan kayak cemilan, powerbank, headset, kartu, gitar, dll. Saya sendiri sih menyiapkan majalah, camilan, dan buku. Terkadang saya menulis kalau sedang senggang.

Kereta Matarmaja, Stasiun Senen
Tips biar ga boring di kereta:
  • Modusin modusan! Yup kalau yang punya target pepet abis aja di kereta, setelah di modusin gebetan lo ga bakalan deh kabur kemana-mana selama 16 jam (ya paling abis turun kereta putus silaturahmi)
  • Nyanyi-nyanyi, yang ngerasa punya pita suara yang ngerasa punya jari untuk metik gitar. Silakan!
  • Games, main kartu yang kalah tukeran no petugas KA, buka baju, atau turun dari kereta..
  • Liat pemandangan di ujung gerbong sambil dibuka pintunya (ala-ala 5 cm) tapi ini serius seru!
  • Yang terakhir kalau masih saja bosan coba deh ngerokok di gerbong, paling nanti diturunin di stasiun terdekat hahaha (Ket: Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 88 Tahun 2010 penumpang KA dilarang merokok di dalam gerbong)
Seperti yang sudah saya katakan terkadang diwaktu senggang saya menulis, dan ini salah satu hasilnya yang terinspirasi dari pemandangan di luar kereta yaitu sawah sawah sampai gumoh juga sawah.. 

"Seperti syair tanpa nada, seperti raga tanpa jiwa, seperti hari tanpa waktu, seperti bulan tanpa cahaya. Kita melangkah tanpa gaya, melayang bagai tak bergravitasi. Melihat mentari pergi meninggalkan kita. Lalu biarkan hati terbang dengan bebas."

Jumat, 20/06/2014
Wake up! wake up! Jam sudah menampilkan pukul 06.04 ketika saya terbangun. Kami sudah sampai Ngebruk, tandanya tiga stasiun lagi sampai Malang! Sepanjang jalan beberapa kali saya melihat pemandang jurang yang keren untuk diabadikan. Awalnya, petugas KA tidak mengizinkan kami untuk membuka pintu gerbong. Namun akhirnya kami tetap bisa membuka pintu dan mengabadikan moment tersebut hahaha. Lalu.. taratatata kami sampai juga di Stasiun Malang! Ketika keluar stasiun saya disambut dengan banyaknya tempat makan yang berjajar di mana-mana. Belum lagi di seberang stasiun terdapat taman bermain dan perpustakaan umum. Selamat sarapan kawan-kawan!


Pemandangan dari dalam kereta
Stasiun Malang
Perut kenyang hati senang, pukul 10.00 kami berangkat menuju penginapan. Sepanjang perjalanan saya disambut dengan pamandangan yang asri dan udara yang sejuk. Penginapan kami ada di Jl. Panderman no 258 Oro-oro Ombo, Kota Wisata Batu. Bentuknya home stay keluarga, ya seperti rumah pada umumnya. Terdapat empat kamar tidur, dua kamar mandi, dan dapur. Pemilik penginapan ini bernama Pak Kamid. Beliau adalah sosok yang murah senyum, ramah, dan berwibawa. Tepat di samping penginapan adalah rumah dan warung miliknya. Kamipun diperbolehkan menggunakan kamar mandi di rumah atau penginapannya yang lain apabila perlu. Biaya permalam sebesar Rp 800.000.
Menjelang malam kami berangkat menuju Bakso Bakar di Jl. Pahlawan. Tempatnya cukup bersih dan luas. Ada bagian ruangan di dalam dan di luar. Menu utamanya adalah bakso bakar dan bakso campur. Bakso-bakso tersebut dibandrol dengan harga Rp 12.500 dan disajikan dengan kuah yang dipisah. Pstt.. hati-hati dengan sambalnya pedas banget bro! Selamat makan!


Bakso Bakar
Belum puas? Kami menuju Kedai 27 Buto. Tempat makan ini lebih miring lagi harganya. Menu burger berdiameter 20 cm atau long burger sepanjang 40 cm, hanya dibandrol seharga Rp 10.000 - Rp 30.000! Porsi binatang.. dijamin Anda pasti puas!


Long burger
Terakhir kami mampir ke Alun-alun Kota Wisata Batu. Di sini banyak lampu-lampu cantik dengan bentuk beragam. Seperti sapi, bunga, wortel, strawberry, dll. Di bagian tengah alun-alun terdapat air mancur. Tepat dibelakangnya terdapat bianglala, Anda bisa melihat pemandangan kota cantik kota Batu yang bertabur lampu dari dalam bianglala. Sekali putaran bianglala dikenakan biaya Rp 3.000. Satu bianglala hanya boleh diisi tiga orang. Di sekeliling Alun-alun terdapat banyak sekali jajanan. Nah! Kalau sudah di sini jangan lupa icip-icip Ketan Susu ya! Ketan susu adalah nasi ketan yang dikukus, ditabur parutan kelapa, dan disiram susu kental manis. Rasanya jadi unik dan tak terlupakan!

Alun-alun Kota Wisata Batu dilihat dari atas.
Bianglala


Ketan Susu

Sabtu, 21/06/2104
Rundown hari ini kami alias bebek-bebek akan menuju Pulau Sempu dan bermalam disana! Yeay! Kalau yang belum tahu Pulau Sempu terletak di sebelah selatan Kabupaten Malang, Pulau Jawa. Sebenarnya pulau ini adalah cagar alam yang dikelola Badan Konservasi Jawa Timur, yang artinya tidak boleh dikunjungi untuk tujuan wisata. Saya sendiri juga tidak mengerti kenapa jadi diperbolehkan, mungkin karena peminatnya banyak. Daya tarik utama Pulau Sempu adalah Laguna Segara Anakan! Yup, ada pantai di tengah pulau! Unik bukan? Dan bonusnya Anda bisa melihat Samudra Hindia dari atas tebing yang berada di sana. Pertama-tama kami melajukan mobil menuju Pantai Sendang Biru, memasuki wilayah ini kami diminta membayar sebesar Rp 193.000 untuk biaya menginap empat buah mobil. Langkah selanjutnya kami harus meminta izin menyebrang di pos penjaga. Di sini kamu dijelaskan aturan menginap di Pulau, serta konsekuensi yang akan didapat karena kami tidak mendapat asuransi. Perorang dikenakan biaya Rp 3000. Dari Pantai Sendang Biru kami menyebrang menggunakan kapal ke Teluk Semut, tidak lama hanya 15 menit. Setiap kapal bermuatan 10 orang dan dikenakan biaya Rp. 100.000. Udah sampai? Na'ah! Kita harus tracking sepanjang 2,4 km menuju laguna! Untuk yang sudah pernah tracking disini, mungkin sudah tahu Anda dapat mengikuti benang merah dan biru yang diikat dipohon sepanjang jalur. Sejujurnya saya sendiri tidak sadar ada benang-benang tersebut saking halusnya. Namun kami menggunakan jasa guide agar lebih aman. Pihak pos penjagapun menyarankan untuk memakai guide karena grup kami cukup besar. Tracking dilakukan selama 2 jam, dan ketika sampai.. ga sia-sia deh rasanya tracking! Menurut guide, kalau kelompoknya kecil sekitar satu jam juga sudah sampai. Sudah selesai? Belum! Setibanya di pinggir pantai kami harus membangun tenda! Tugas bangun tiga buah tendapun diserahkan pada bebek-bebek jantan yang berpartisipasi dalam perjalanan ini. Dan yang terakhir.. Menyatulah dengan alam bebas! :D


Pantai Sendang Biru
Teluk Semut
Laguna Segara Anakan
Tents
(Photo by Ilham)
Laguna Segara Anakan
Menjelang tidur saya membiarkan tenda saya terbuka karena udara yang cukup panas. Beberapa bebek juga tidur di luar tenda dengan alas seadanya. Ok kalau dipikir-pikir.. tidur diatas pasir, sambil melihat bintang-bintang di atas, serta ditemani suara deburan ombak di ujung sana. Terdengar super duper top suer metal klasik menyenangkan! Nyesel karena ga melakukan itu? Iya banget! Apalagi katanya salah satu bebek melihat bintang jatuh malam itu dua kali! Lain kali hal tersebut harus saya masukkkan dalam bucket list hahaha.

Berhubung Pulau Sempu adalah alam bebas jadi.. tidak ada listrik, toilet, apalagi dapur! Saya akan membagikan tips bermalam:
  • Olahraga, terlihat sepele memang tracking sepanjang 2,4 km tapi percaya deh jalan di tengah hutan berbeda dengan jalan di track jogging.
  • Bawa tissue basah, kering, cukup air kalau ingin kebelakang. Belakang? Ya belakang semak-semak maksudnya.
  • Plastik sampah. Ini adalah alam bebas dan kita menumpang, sudah sepatutnya kita menjaga kebersihan! Jangan lupa bawa pulang sampahnya. 
  • Jangan lupa bawa kompor portable, bahan makanan, cukup air, dan senter/penerang.
  • Belajar bangun dan lipat tenda, yang ini saya sendiri belum bisa hahaha alangkah baiknya kalau bisa membantu yang lainkan? 
  • Disarankan memakai baju senyaman mungkin serta membaw tas backpack. 
Quote of the day:
"Karena tidak semua hal bisa kita katakan. Terkadang hanya dengan menyimpannya perasaan menjadi lebih baik."

Minggu, 22/06/2014
Selamat pagi taburan bintang! Hari ini saya terbangun cukup pagi sekitar pukul setengah empat. Langit masih gelap, bintang masih terlihat, dan hampir semua orang masih terlelap. Tidak berapa lama beberapa bebek terbangun lalu merebus ubi untuk sarapan. Mumpung sepi saya naik ke tebing untuk melihat pemandangan Samudra Hindia. Saat itu masih pukul 05.30. Angin menerpa kulit dengen lembut, udara menusuk dingin, dan suasana terasa tenang.




"Deburan ombak menari menciptakan harmoni
Menantikan mentari hangat menyapa
Laut bergelora tidak sabar menunggu datangnya sang penyemangat
Udara mulai menghembuskan nyanyian merdu

Ayo bangun siapa tahu dapat mencobanya lagi

Bangkitkan semangat karena kita tidak tahu apa yang terjadi lain waktu
Pompa adrenalin siapa tahu mendapatkan cinta
Ikhlaskan hati agar dapat melakukan yang terbaik

Selamat pagi Segara Anakan!"


Ketika saya kembali ke tempat tenda. Bebek-bebek sudah pada bangun dan bersiap-siap kembali ke Teluk Semut. Tiba-tiba gerimis turun, walau tak berlangsung lama cukup membuat saya berpikir "Wah trackingnya bakal berapa lama ya?" Karena menurut salah satu bebek kalau sudah hujan, tanah jalur tracking di Pulau Sempu bisa berubah jadi lumpur setinggi betis. Ketika tracking kami juga sempat bertemu penunggu hutan, iya monyet hutan! Pukul 09.47 kami sudah sampai di Teluk Semut, di sinilah baru mendapat sinyal untuk meminta jemput kapal. Tidak seperti ketika berangkat, kapal kami cukup lama datangnya sekitar 30 menit. Sesampainya di Pelabuhan Sendang Biru, tempat pertama yang saya tuju adalah toilet! (Saya ga pernah tahu kalau rasanya ketemu toilet bisa sesenang ini hahaha). Setelah bersihinin badan, beres-beres barang, dan makan siang kami kembali ke Batu. Ditengah perjalanan kami mampir untuk mengembalikan tenda, oh ya tiga buah tenda kami sewa seharga Rp. 160.000. Sekitar magrib saya baru sampai di penginapan karena rombongoan mobil saya sempat mampir makan. Karena rundown selanjutnya kami akan berangkat ke Bromo pukul 00.00 sayapun bergegas mandi dan berencana istirahat sebentar. Namun manusia dapat berencana tapi keadaan berkata lain (tapi gitu hahaha), sehabis mandi saya berangkat ke tempat penyewaan hardtop di Tumpang untuk melihat hardtop yang akan digunakan. Setelah memilih hardtop, kembali kepenginapan menjemput bebek-bebek yang lain, bersiap-siap dan kembali lagi ke sana!
Bromo, here we go!!!

Senin, 23/06/2014
Ok ini masih pukul 00.00 dan kami baru saja sampai di tempat hardtop. Sepanjang perjalanan ke wilayah Bromo udara sangat dingin, hampir tidak ada lampu, dan sunyi. Kalau yang lupa bawa sarung tangan atau topi, jangan khawatir sampai pos masuk wilayah Bromo Anda bakalan dipaksa beli oleh penjual-penjual disana hahaha. Masuk wilayah Bromo dikenakan biaya Rp. 27.500/orang. Tujuan pertama kami adalah Pasir Berbisik! Sejujurnya saat itu saya tidak bisa melihat ada apa saja disana karena saking gelap dan dinginnya, satu-satunya penerang adalah lampu mobil hardtop! Kami disana menerbang 15 sky lantern ke awan. Sky lantern ini sudah kami persiapkan dari Jakarta. Satu persatu sky lantern kami terbangkan, warnanya perlahan berubah menjadi titik-titik cahaya yang bertaburan di langit. Seperti menerbangkan harapan-harapan indah kami agar benar terwujud :)


Sky lantern preparation
Sky lantern (Photo by Iki)
Selanjutnya kami menuju view point untuk menikmati sunrise. Kami tiba sekitar pukul setengah empat dini hari. Nunggu? yap! Karena menunggu itu tidak menyenangkan (cieee) saya sempat joget-joget dulu, selfie sukaesih dulu, naik turun beli minuman hangat, dan mencari kehangatan dalam sebuah pelukan (eh? yang ini bohong kok, krik krik). Oh ya, saya juga sempat sholat subuh disana. Dingin banget bro tapi senang! Setelah itu secara perlahan cahaya matahari menampakkan sinarnya. Ternyata sunrise datang tidak pas ditengah viewpoint tapi agak ke kiri. Jadi kalau kesana duduknya di sisi kiri view point saja ya! Mungkin karena musim liburan pengunjungnya jadi sangat banyak dan membuat saya agak susah melihat sunrise. Jadi saya keluar pagar dan turun agar lebih dapat menikmati viewnya. Puas lihat sunrise, insting binatang langsung keluar! Untung banyak jajanan disini, sarapan pakai sate kentang dan susu hangat itu juara enaknya!


Sunrise (Photo by Iki)
Selanjutnya hardtop melaju ke Love Hill. Entah kenapa dan siapa yang menamakan Love Hill. Namun bukit ini memang bagus diabadikan dengan orang (mungkin) terkasih. Ketika saya ke sana juga sedang ada pemotretan prewedding. Untuk menuju atas Love Hill saya harus berjalanan menanjak agak terjal. Sampai atas saya terpukau dengan pemandangan yang dilihat. Saya dapat melihat Gunung Bromo dan Gunung Batok, serta hamparan pasir yang terbentang luas. Terlihat tidak nyata.


Love Hill's view (Photo by Dwita)
Puas nanjak di love hill walau love yang disini (nunjuk hati) ga nanjak-nanjak hahaha dengan hardtop kami melaju ke Bukit Batok. Diperjalanan saya mencoba duduk di atas hardtop. Walau sebenarnya kedinginan tapi rasanya sangat menyenangkan memacu adrenalin! Bukit batok terlihat seperti tempurung yang ditengkurapkan. Tidak jauh dari Gunung Batok terdapat Gunung bromo.


Hai! Meet my girl Icha with Bukit Batok's view (Photo by Dwita)
Ya selanjutnya kami menuju Gunung Bromo atau Kawah Gunung Bromo. Sampai di kawasan kawah gunung bromo kami dapat memilih jalan kaki atau naik kuda untuk naik ke atas. Saat itu tidak semua bebek mau naik ada yang memilih menunggu di hardtop, karena masalah daya tahan fisik yang mulai menurun. Yang tersisapun memilih untuk berjalan kaki mendaki Gunung Bromo. Sepanjang jalan kami disambut dengan bau belerang dan serpihan-serpihan pasir yang bertaburan. Sampai kaki gunung, kami harus menaiki 250 anak tangga untuk melihat keindahan kawah. Sikaaaat! Dan.. waaw! Sekali lagi saya terpukau, seperti lukisan. Tidak hanya kawahnya, yang lebih keren lagi pemandangan di sekeliling Gunung Bromo! Ketika sampai puncak Kawah Gunung Bromo ada bagian yang dipagari dan tidak. Saya pikir apabila saya terus berjalan menuju bagian yang tidak dipagari pasti suasananya lebih sepi dan pemandangannya lebih epic. Ternyata saya tidak salah! Memang jadi jauh lebih enak dinikmati :)

250 anak tangga (Photo by Dwita)
Kawah Gunung Bromo (Photo by Dwita)
Express your joy, jump!
Kawah Gunung Bromo's view
Destinasi terakhir kami adalah Savana atau Bukit Teletubbies. Jalur menuju Savana adalah lautan pasir. Beberapa kali kami melewati tumbuhan-tumbuhan kering yang terlihat seperti kumpulan ladang bunga edelweis. Savana merupakan ladang hijau yang dikelilingi beberapa tebing dan bukit teletubbies. Berada di Savana rasanya kontras sekali ketika berada di Gunung Bromo. Setelah Savana sebenarnya masih ada destinasi selanjutnya, namun karena berbagai pertimbangan bebek-bebek kami memutuskan untuk kembali. Pukul 12.03 kami sudah sampai kembali di Tumpang atau tempat penyewaan hardtop. Cahaya matahari mulai terik dan udara menjadi panas. Setelah melunasi penyewaan hardtop sebesar Rp 1.000.000/hardtop yang dapat memuat sekitar 10 orang, kami kembali ke Malang untuk mengisi perut.


Savana (Photo by Dwita)
Pilihanpun jatuh di Kedai Assalamu'alaikum, tempatnya cukup besar dengan bangunan dua tingkat. Tidak perlu AC untuk menyantap makanan disini karena udara alaminya sudah sejuk. Menunya juga menggoda lidah dan isi dompet, dengan menu seperti ayam kremes, penyet, tulang lunak hanya dibandrol seharga Rp 7.000 - Rp 12.000. Karena rombongan kami lumayan besar berjumlah 31 orang. Mungkin membuat pelayannya bingung melakukan penyajian. Alhasil beberapa menu kami ada yang tertukar satu sama lain.

Quote of the day:
"Alam mengajarkan untuk selalu rendah hati. Membuat kita berpikir bukan manusia yang menciptakan kemegahan dunia. Selalu ada sang agung yang tidak akan terkalahkan oleh apapun."

Selasa, 24/06/2014

Akhirnya semalam saya dapat tidur dengan nyenyak. Siang ini kamipun mengunjungi Museum Angkut yaitu museum transportasi terbesar di Asia Tengara! Meseum ini baru dibuka sekitar bulan maret 2014. Ketika baru tiba di parkiran, hujan deras mengguyur tapi namanya bebek ga takut air jadi kami tetap sikaaaat! Tiket masuknya sebesar Rp 75.000/orang karena saat itu sedang high season. Kalau hari biasa Rp 50.000 dan weekend Rp 75.000. Salah satu keunikan museum di sini tidak hanya memamerkan kendaraan-kendaraan dalam negeri namun seluruh dunia. Konsepnya pun menarik, dengan mengikuti alur jalan kita dapat memasuki berbagai macam zona. Seperti zona edukasi, zona batavia, zona gangster, zona inggris, zona jepang, zona hollywood, zona belanda, dll. Latar belakangnya pun mengikuti tema zona itu sendiri. Ditambah dengan patung tokoh-tokoh yang sesuai dengan zamannya membuat saya merasa benar-benar berada di suatu zona. Melihat-lihat isi pameran Museum Angkut tidak akan cukup waktu 1-2 jam, setengah haripun habis untuk memanjakan mata dan hati. Tepat di depan pintu keluar, terdapat tempat untuk berwisata kuliner yaiitu Pasar Apung.








(Photo by Dwita)





Puas ke Museum malamnya kami mengadakan BBQ di penginapan. Menunya pun gado-gado yang dimasak dari ayam, sate sosis, tempe, sampe singkong hahaha! Yum yum!

Rabu, 25/06/2014
Ini adalah hari terakhir kami di Malang. Saya terbangun sekitar pukul 04.00. Lalu saya langsung menyeduh kopi dan bergegas mandi. Selagi menunggu yang lain selesai mandi dan bersiap-siap saya sempat berjalan kaki di luar. Menikmati udara sejuk Batu dan pemandangan matahari yang muncul perlahan. Kebetulan penginapan kami berada di tengah-tengah bukit. Di ujung tanjakan terdapat mesjid kecil. Seorang bapak yang sedang merapikan kebun di depan rumahnya mempersilakan saya untuk menyalakan listrik dan menunaikan ibadah sendiri di sana.
Selanjutnya ini adalah pengalaman lucu sekaligus seru yang saya alami di Malang. Karena masalah satu dan lain hal akhirnya transportasi kami dihari terakhir berubah dari mobil sewaan menjadi angkot sewaan. Ya kami charter angkot! Di hari terakhir kami (sedikit) keliling kota Malang dengan menggunakan angkot. Mana angkot yang saya tumpangi sempat mogok di tengah jalan. Hahaha ga bakal terlupakan deh!
Menjelang siang kami membeli oleh-oleh di Goedang Oleh-oleh Malang yang terletak di Jl. Simpang Tenaga. Tempatnya cukup luas dan nyaman. Untuk produknya harga relatif terjangkau dan pilihannya banyak. Seperti tas, baju, aneka sambal, aneka bumbu, kripik olahan tempe, kripiki olahan umbi, teh, dll. Puas beli oleh-oleh untuk yang di rumah. Sekarang saatnya bebek-bebek puasin masalah perut. Kamipun melipir ke Toko Oen. Tempat ini adalah Ragusanya Malang. Toko ini sudah berdiri sejak zaman penjajahan belanda pada tahun 1930. Refleksi kesan tua Toko Oen terlihat dari arsitekturnya serta foto-foto bangunan tempo dulu yang dipajang di dinding-dinding. Furniturnya yang menggunakan bangku kayu dan meja bundar menambah kesan kuno. Menu andalan Toko Oen adalah ice creamn. Slurp!





Sebelum meninggalkan Kota Malang kami sempat main ke taman dan perpustakaan di seberang Stasiun. Cukup ramai dari anak-anak yang sibuk bermain, nenek-kakek yang sedang berjalan di batu refleksi, orang tua yang menemani anaknya, serta pengunjung yang sibuk membaca di perpustakaan.


The tree (Photo by Dwita)
Tidak terasa sudah menjelang waktu keberangkatan, dengan menumpang kereta yang sama yaitu Matarmaja kereta kami akan bertolak kembali ke Jakarta. Tepat pukul 17.00 kereta mulai bergerak meninggalkan Malang. Well, selamat tinggal Malang.. Terimakasih atas kenangan-kenangan menyenangkannya ya :)

Quote of the day:
"Kebahagiaan itu pilihan karena perjalanan itu kamu sendiri yang tentukan."

Kamis, 26/06/2014
Tut.. tut.. Kereta kami secara perlahan berhenti di Stasiun Senen pada pukul 09.21. Saatnya kami berpisah dan kembali ke dunianya masing-masing. Terimakasih untuk 31 bebek Adak, terimakasih untuk Kota Malang. See you on the next trip!







Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membacanya
Love, Irena nova wijaya