Friday, January 29, 2016

Nanjak Santai di Gunung Cikuray


Hello, kali ini saya akan menceritakan tentang pendakian santai ke Gunung Cikuray yang memiliki ketinggian 2.821 mdpl. Kenapa disebut santai? Ya, silakan disimak!

Agar pendakian lancar kami mempersiapkan pendakian dengan matang, sekitar satu bulan sebelum mendaki kami rutin jogging setiap minggu. Rutinitas jogging diharapkan membuat stamina dan mental dalam keadaan baik untuk mendaki. Karena dari review yang saya dapat, Gunung Cikuray memiliki jalur yang sulit untuk didaki, penuh dengan hal mistis (mana saat pendakian saya lagi datang bulan hiks!). Selain itu setengah dari anggota kami baru pertama kali mendaki.
Yoo semangat!

Hari Minggu pukul 12.00 kami berkumpul di Grogol. Setelah semua datang (Bhete, Ojan, Ncek, Iki, Otto, dan saya sendiri) pukul 13.00 kami berangkat ke Jatinegara untuk menjemput Icha. Setelah bertemu Icha, pukul 14.00 kami berangkat menuju Garut menggunakan dua buah city car. Pakai mobil pribadi? Yap! Santai kan.. (Biasa kalau ngedaki ngeteng hahaha). Setelah bermacet-macetan dan nyasar sampailah kami di rumah Pak RT sekitar pukul 21.30. Kamipun berbasa-basi, melakukan proses registrasi dan mengecek perlengkapan. Ups! Ternyata persedian makanan berlebihan. Lalu kami memutuskan untuk memasak persedian makanan, makan dan beristirahat.

Keesokan harinya pukul 05.25 kami memulai pendakian dari rumah Pak RT melalui jalur Desa Cinta Nagara, Bayongbong. Perjalanan menuju Pos 1 diwarnai dengan ladang jagung, ladang bayam, ladang ubi, dll. Pondasi tanah juga berbentuk miring yang manandakan kami terus berjalan ke atas. Sebenarnya dari sini kami sudah dapat melihat puncak cikuray.

Puncak Gunung Cikuray.

Baru tiba di Pos 1 (pos pemantau) dengan ketinggian 1557 mdpl kami sudah melepas lelah selama 30 menit hahaha santai aja ga usah terburu-buru hahaha. 

Iki, Icha, Otto, Ncek, dan Ojan.
Lalu lanjut ke Pos 2 (paparete) dengan ketinggian 1851mdpl. Di sini terdapat mata air, ada baiknya mengisi perbekalan air terlebih dahulu karena tidak ada lagi mata air disepanjang jalur pendakian. Beberapa pendaki juga memilih untuk mendaki malam dan membangun tenda di sini lalu melakukan pendakian ketika hari sudah terang. 

Pemandangan dari Pos 2 Gunung Cikuray.
Selow..
Perjalanan menuju Pos 3 melalui Tanjakan Ombing, beeeh… dahsyat! Tanjakan yang terjal diwarnai dengan pasir yang tebal dan berterbangan. Dua langkah mendaki, satu langkah terseret turun. Ada baiknya menggunakan buff atau masker untuk melindungi area wajah. Menurut saya jalur ini menyerupai dengan Tanjakan Setan yang ada di Gunung Gede tapi plus dengan pasir! Supeeeeeer! Akhirnya sampai juga di Pos 3 (Kandang Bagong) dengan ketinggian 2.168 mdpl. Jangan sedih.. waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 tapi kami baru sampai Pos 3 yang penting makan siang dulu. yeaah makan! Menu makan gunung pertama kami adalah nasi, tempe dan rendang. Yes rendang! Makan rendang di gunung tuh mewah banget.. Setelah perut kenyang dan hati senang kami melanjutkan perjalanan. Dari Pos 3 tibalah kami memasuki area yang baru, dari yang berpasir dan terbuka kini mulai tertutup oleh pepohonon, masuk hutan sore-sore nih, uhuy! Oh ya, hutan di Gunung Cikuray juga memiliki cuaca ya kering sehingga tidak ada pacet, yes!




Sampai Pos 5 sekitar pukul 16.30. Kami melepas lelah sejenak, ngobrol-ngobrol cantik, ngemil-ngemil lucu, dan Bhete juga sempat “menabung” (kebanyakan sih..). 




Baru beberapa menit kami melanjutkan pendakian, secara perlahan langit memunculkan gelapnya kamipun menyalakan head lamp. Kaki terus menanjak ke atas, ada yang terjal ada yang hanya seperti menaiki tangga, di kiri kanan ditemani dengan akar-akar pohon dan rimbun daun yang saling terjalin, cahaya head lamp kami menjadi satu-satunya penerang saat itu. Stamina terus menurun mengkontaminasi mental yang semakin sulit untuk berjuang. Salah satu anggota kamipun sempat berujar, “Sudah, kita nge camp di Pos 6 aja.” Saya sempat merasa kecewa, karena rencana awal kami adalah mendirikan tenda di puncak. Namun semua kembali lagi pada keputusan kelompok. Otto terus memimpin kami dengan berjalan paling depan. Tiba-tiba Ia berteriak dari kejauhan, “Kyu! Kyu! Sudah sampai puncak woy!” What? Mana Pos 6 nya? Tidak satupun dari kami yang menyadari di mana keberadaannya. Semangat sayapun terpacu dan bergegas melangkah menuju puncak. Alhamdulillah kami tiba di puncak Gunung Cikuray sekitar pukul 20.00. Well, kalau dihitung-hitung kami mendaki selama 14 jam.. luarrr biasaa! Kelewat santai itu mah, jangan dicontoh ya teman-teman..

Sampai di puncak kami dibantu oleh tiga orang pendaki lain yang sudah lebih dulu sampai. Mereka membantu membawakan carrier dan mendirikan tenda. Terima kasih banyak ya mas-mas yang tidak sempat saya tanyakannya namanya :’) (Saya hanya tahu meraka berasal dari Tangerang). Kamipun berganti baju, memasak, makan, dan melepas lelah di dua buah gubuk yang telah kami bangun. Selamat malam Cikuray, terima kasih engkau telah mengajarkan kami untuk mengenal diri kami.

“Tetttt! Tettt!” Suara nyaring alarm membangunkan kami. Saat itu pukul 04.30 kamipun bersiap untuk menikmati sunrise dan keindahan Gunung Cikuray yang tidak sempat kami lihat semalam. Baru selangkah keluar dari tenda, udara dingin menusuk hingga tulang. Kami berjalan menuju tanah tertinggi di puncak Gunung Cikuray untuk menanti sunrise. Berada di tanah tertinggi puncak dengan perjuangan yang tidak dapat dikatakan mudah, bersama teman-teman tercinta, serta menikmati keindahan yang tercipatakan olehNya. Saya merasa bersyukur dan tidak ada yang dapat saya katakan selain “terima kasih.”
Menjelang sunrise.




Aha! King of Cikuray.

Sekitar pukul 09.30 kami turun dari puncak menggunakan jalur yang sama dan tiba di rumah Pak RT sekitar pukul 15.00 (kami juga sempat beristirahat 1 jam). Alhamdulillah naik dan turun gunung dalam keadaan sehat dan utuh tanpa kekurangan satu hal pun. Kesan saya akan pendakian kali ini adalah menyenangkan, semakin bersyukur kepada Tuhan YME, semakin sayang dengan teman-teman, dan nagih naik gunung lagi tentunya! Lalu pesan saya adalah buat waktu menjadi lebih efektif, tingkatkan teamwork, dan kuatkan mental (fisik sudah pasti akan mengikuti). Sedikit-sedikit istirahat yang kami lakukan juga sebenarnya tidak baik bagi kesehatan, karena teralu lama beristirahat tubuh menjadi lebih lemas. Namun secara keseluruhan semua baik dan saya menyukainya.  Akhir kata, sampai jumpa di perjalanan berikutnya!

Berikut oleh-oleh selama perjalanan turun: 
Tanjakan Roheng berada diantara Pos 4 dan Pos 3.
Turun gunung dijalur ini seperti permainan motor cross musim panas, berdebu!
Hayati lelah, bang..


Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membacanya.
Love, Irena Nova Wijaya.