Saturday, November 29, 2014

Di Penghujung November

November
Ah kalau selisih tidak ada
Lalu juang itu lepas
Akankah alasan mengangkat senjata tetap sama

November
Saat petang menggelap
Nelayan mengayuh debur
Akankah butir butir mutiara tersingkap

November
Jika gunung bersetubuh dengan badai
Mata air mengaduh terpecah pecah
Akankah senja berdengung dengan illahi

November
Jika hari memburu sang detik
Dan yang fana membunuh yang nyata
Akankah gaib jadi terkuak

November
Jika bintang memburu siang
Dan gegap gempita kejora tak pernah ada
Akankah semesta menjadi yang teragung

November
Biar daun berjatuhan bersuara kelu
Biar matahari berzikir sunyi
Rahasia semesta akan tetap dielu elu



Irena nova wijaya, 2014

Saturday, November 22, 2014

Pendakian Gunung Gede: Gerak Gembira

Hallo! Sekarang saya akan menceritakan pengalaman saya hiking ke Gunung Gede! Apabila dideskripsikan dalam satu kata pengalaman ini.. Unforgettable!


Beberapa bulan terakhir saya mengikuti pelatihan pecinta alam di Marsipala (unit kegiatan pecinta alam di Universitas). Fokus pelatihan terakhir adalah mempersiapkan diri di Gunung Gede. Sooo mari menanjak!


Mpm 2014, Koor Mpm 2014, dan BPH

Saya start dari grogol hari jumat pukul 22.15 dan tiba di warung teratas sekitar pukul 02.30, saat itu jalanan cukup macet. Setelah menunggu koordinasi panitia, sarapan, sholat, dan mengucapkan kata perpisahan kepada pintu toilet (hahaha) sekitar pukul 05.00 saya mulai mendaki. Saya memulai penanjakan via gunung putri. Pendakian Gunung Gede via Gunung Putri akan melewati enam buah pos sebelum mencapai Surya Kencana (Surken). Surya Kencana adalah rumahnya pendaki. Terdiri dari padang rumput dan padang edelweis yang luas. Sempurna! Nah, di sanalah kita akan melakukan camp. Untuk pendaki dilarang memetik satupun edelweis, apabila ketahuan akan diminta naik lagi ke atas dan mengembalikannya. Hargai alam ya!  


Memulai penanjakan

Sampai di pos satu kami beristirahat sebentar sambil menunggu peserta lain yang belum sampai. Tips istirahat ketika mendaki: lebih baik tidak duduk karena akan membuat badan lemas ketika kembali mendaki, sebaiknya berdiri diam atau melakukan posisi rukuk 90 derajat. Fyi, Gunung Gede terdapat beberapa jenis hewan liar primata yaitu owa, lutung jawa, surili, monyet, dan macan tutul atau kumbang. Setelah mendapati beberapa peserta di pos satu, sayapun kembali mendaki. Melewati pos dua, pos tiga, akhirnya saya kembali beristirahat di pos empat. Di sinilah kesalahan saya, terlalu lama istirahat. Akhirnya ketika kembali mendaki badan terasa lebih lemas. Setiap tubuh orang berbeda-beda, jadi sadari kepasitas tubuh masing-masing ya! Kalau merasa tidak kuat, lebih baik istirahat dahulu. 

Pos empat
Dari pos empat hingga seterusnya saya ditemani oleh bebek perjalanan saya yaitu Bor (sebut saja Ilham). Terima kasih Bor yang setia menunggu dan memberi coklat! Ada saat saya melewati jalur lama di mana jalur lebih terjal dan banyak sekali akar. Meskipun mendaki secara perlahan namun rasanya sangat menyenangkan berada di tengah-tengah akar-akar pohon yang terjalin. Pada saat itu saya dipandu oleh senior Marsipala yaitu Otong. Sekitar pukul 10.00 saya tiba di Surya Kencana! Yeay! Senyum merakah dan kata bahagia terucap ketika melihat keindahan alam yang terbentang luas.

Memasuki Surya Kencana
Mengumpulkan energi

Selanjutnya saya dan MPM 2014 (ket: anggota muda yang masih pada masa pembinaan) membangun tenda yang telah dibawa kuli-kuli tenda kami (hahaha) yaitu Devin, Fajrul, Tanto, dan Yulius. Kalian strong! Saya sendiri juga masih belajar cara mendirikan tenda.  Mendadak hujan turun, kamipun berdesakan masuk ke dalam tenda yang masih belum sempurna (bocor, lokasi masih di atas bebatuan, lokasi yang dilalui hembusan angin, ditambah baju-baju kami yang basah). Walau kami harus mencoba beberapa kali mendirikan tenda yang benar, akhirnya tiga buah tendapun terbangun. Setelah hujan reda, kami memasak nasi yang di pimpin ibu dapur hutan yaitu Konita (hahaha). Keterbatasan bahan dan alat makanan membuat kami saling berbagi. Ada saat saya menyuapi satu persatu teman-teman yang sibuk dengan kegiatannya. Entah mengapa, menyenangkan rasanya. Oh ya, di Surya Kencana terdapat sumber mata air, mengambilnya juga cukup mudah dengan menggunakan botol kosong. Terima kasih Tuhan.

Memasak makan malam

Selamat pagi Surya Kencana! Pagi ini saya bangun pukul setengah empat. Rencana awal kami adalah melihat sunrise di puncak Gunung Gede. Namun karena posisi kabut dan sempitnya waktu kegiatan itu dibatalkan. Kamipun memilih untuk menikmati alam.

Selamat datang Mentari

Edelweis

 Its good to wake up in nature and see your bestfriend


Jalur air

Selanjutnya kami sarapan, membereskan tenda, dan packing. Tidak terasa matahari semakin terik dan membakar kulit. Kami segera bergerak ke puncak Gunung Gede. Penanjakan di mulai sekitar pukul 10.30, jalur yang kami lalui lebih menanjak dari pada jalur yang dilalui kemarin. Sekitar pukul 11.30 kamipun mencapai puncak. Ketinggian puncak Gunung Gede mencapai 2985 mdpl. Di puncak cukup ramai pendaki, mungkin karena akhir pekan. Namun tidak menyurutkan kami untuk menikmati pemandangannya.



Tidak berlama-lama kami di puncak, cukup untuk menikmati dan mensyukuri kreativitas yang maha esa. Kamipun turun gunung via cibodas. Jalur yang akan kami lewati adalah kandang badak, kandang batu, air terjun cibeureum, dan air panas. Jalur ini lebih monoton dan lebih lama dari pada via gunung putri. Dari puncak saya memakan waktu 1 jam lebih untuk mencapai kandang badak, di sini adalah tempat camp dan terdapat mata air. Saya sempat beristirahat dan menunaikan sholat dahulu. Setelah dari kandang badak saya dan partner turun yaitu Esther dan Fanny berjalan secara perlahan dan tidak melakukan pemberhentian lagi (Ket: terlalu lama beristirahat membuat badan saya menjadi lemas). Hal yang menantang bagi saya melewati jalur via cibodas adalah ketika melewati air terjun cibeureum. Di mana harus berjalan di atas bebatuan licin yang dialiri air mengalir dan di sebelah kiri kami adalah jurang yang sangat tinggi. Untuk melalui jalur ini juga agak tersendat karena diperlukan kewaspadaan tinggi agar dapat melaluinya. 

Jalur turun

Setelah melalui jalur air terjun

Jembatan kanopi, setelah melewati ini tandanya sekitar 1 jam lagi sampai

Setelah dari jalur jembatan saya kembali melewati jalur tangga bebatuan yang terus menurun. Tiba-tiba hujun turun sayapun berteduh dan mengenakan rain coat serta head lamp. Tidak jauh dari akhir pendakian kami, senior Marsipala yaitu Videl menjemput dan menemani hingga pos terakhir. Saat itu sekitar pukul 18.00 kurang namun langit sudah berubah manjadi gelap. Ada rasa sedih dan lega ketika sudah sampai di akhir pendakian. Selanjutnya kami menuju Basecamp Green Ranger Indonesia. Di sanalah kami mengeringkan badan, beristirahat, dan menunggu untuk kembali ke Jakarta.

Melakukan pendakian membuat saya belajar berbagai hal. Tidak hanya kekuatan fisik yang diperlukan namun kekuatan mental berperan lebih tinggi. Di samping itu, ada saat di mana saya ingin membantu teman-teman namun kekurangan fisik yang saya miliki membuat tidak sanggup untuk membantu. Membuat saya bertekad untuk sembuh agar dapat menikmati kreativitas yang maha esa kembali. Meningkatkan skill dan pengetahuan juga penting. Di samping itu, ingat jangan pernah meninggalkan apapun kecuali jejak. Jadi, bawa pulang kembali sampah yang telah digunakan.

Tiga point yang saya dapat setelah mendaki:
"Terima kasih gunung yang mengajarkan saya untuk mencintai orang lain
Terima kasih gunung yang mengajarkan saya arti dari kerja sama
Terima kasih gunung yang memperlihatkan sifat-sifat asli manusia"






Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membacanya
Irena nova wijaya, 2014