Monday, January 18, 2021

Bersyukur Disapa Covid-19

Halo semuanya! Di postingan saya kali ini saya ingin membuat daftar hal yang saya syukuri ketika saya dinyatakan positif terinfeksi Covid -19.

 

Kenapa saya menulis ini? Kalau saya bercerita tentang gejala sebelum di tes, bagaimana bisa terinfeksi, pengalaman setelah pengobatan, atau kegiatan yang dilakukan ketika isolasi rasanya sudah banyak yang membahas ya.. Anda bisa mengecek di YouTube, Twitter dan media sosial lain. Selain itu informasi valid mengenai Covid 19 lebih baik Anda dapatkan dari sumber yang lebih terpercaya, seperti dokter.

 

Tulisan ini saya tulis sebagai bentuk ajakan untuk selalu bersyukur apapun yang terjadi dalam hidup. Bersyukur ketika sehat? Sudah biasa. Bersyukur ketika sakit? Anda luar biasa!

 

Inilah daftar rasa syukur saya ketika terinfeksi virus Covid 19:

1. Saya dilindungi dari bencana

Saya dan suami sudah merencanakan untuk keluar kota di akhir minggu. Bahkan kami sudah membuat janji dengan seseorang. Namun hal itu gagal karena tepat sebelum hari keberangkatan kami dinyatakan positif. Setelah itu apa yang terjadi? Kota tujuan kami banjir besar. Coba bayangkan jika kami jadi berangkat keluar kota dan terjebak dalam banjir besar?

 

2. Saya tidak sendirian

Saya dinyatakan positif berdua dengan suami. Memang kalau bisa memilih lebih baik orang lain tidak terinfeksi atau kita berdua tidak terinfeksi. Tapi apapun ujiannya kami terima. Bagi saya berjuang bersama terasa lebih ringan dibandingkan berjuang sendirian.

 

3. Saya dapat memperbaiki pola makan

Di awal terinfeksi saya dirawat di RS. Komposisi makanan RS adalah 3 protein, 1 karbohidrat, sayur dan buah. Dan saya diberi komposisi seperti itu 3 kali dalam sehari. Dibandingkan saya di rumah dalam keadaan sehat, jarang makan sayur dan lebih banyak karbohidrat. Sejak pola makan membaik kondisi saya membaik dan efeknya juga luas, pencernaan lancar dan kondisi kulit menjadi lembab.

 

4. Saya dapat merasakan cinta yang lebih besar dari orang yang saya kenal

Sejak terkonfirmasi positif tidak berhentinya keluarga dan sahabat mengirimkan doa dan dukungan kepada saya. Dukungan seperti makanan, supplement dan tools penunjang kesembuhan. Saya sangat bersyukur mendapatkan itu semua. Semoga kebaikan kalian dibalas berkali lipat oleh Allah. Kebaikan kalian juga menginspirasi saya untuk berbuat baik lebih banyak lagi.

 

5. Saya mendapatkan doa dari orang yang tidak dikenal

Untuk keluarga dan sahabat yang mengirimkan makanan ke RS tentu mengikuti protocol kesehatan. Kurir hanya bisa menitip ke security, dari security diserahkan ke perawat, dari perawat diberikan ke saya. Beberapa kurir yang menghubungi saya untuk mengirimkan barang mengucapkan doa untuk kesembuhan saya. Bagi saya didoakan bagi orang yang tidak dikenal benar-benar luar biasa.

 

6. Saya memiliki peluang untuk menjadi pendonor plasma

Saya merasa bersyukur menjadi bagian yang memiliki peluang untuk mendonorkan plasma. Karena artinya saya bisa membantu memberikan harapan kehidupan bagi pasien, memberikan harapan kepada keluarga pasien, memberikan kontribusi untuk penelitian plasma di Indonesia. Virus ini berikan Allah kepada saya agar bisa membantu orang lebih banyak lagi.

 

7. Saya bertemu bisnis MLM

Pertengahan bulan November saya bertemu dengan bisnis MLM HDI. Namun pada saat itu saya masih merasa biasa-biasa saja dengan bisnis tersebut. Di bulan Desember saya terinfeksi dan harus isolasi yang membuat bisnis konvensional saya berhenti. Saat ini saya memiliki usaha minuman, jasa titip dan preloved. Di bisnis MLM saya tidak membutuhkan menyetok barang, packing barang, mengirim barang atau membuat produk (seperti bisnis minuman). Tugas saya meng update, prospek dan follow up menggunakan gadget yang saya pegang. Meski melakukan isolasi, saya tetap bisa berbisnis. Benar-benar bersyukur.

 

8. Saya bisa beribadah lebih lama dan bersedekah lebih luas

Saya tidak mau bercerita terlalu banyak karena takut riya. Saya memiliki banyak waktu ketika isolasi, saya memilih untuk berkegiatan yang membuat hati saya tenang. Di samping itu, selama ini saya selalu percaya untuk bersedekah dari orang terdekat, dari orang terdekat baru meluas ke orang lain. Kondisi saya yang dirawat di RS membuat saya bisa berbuat baik lebih luas lagi.

 

9. Saya bisa beristirahat lebih lama

Seperti orang sakit pada umumnya kami banyak menghabiskan waktu diranjang. Secara otomatis jam tidur saya memanjang (mungkin ditambah efek obat yang diberikan?). Biasanya saya tidur sekitar pukul 23.00. Semasa isolasi pukul 20.00 saya sudah mengantuk. Dan tentunya bangun lebih pagi, yaitu pukul 05.00. Belum lagi ditambah tidur siang.  

 

10. Saya dinaikan derajat oleh Tuhan YME dan sebagai penghapus dosa

Saya percaya segala musibah yang sudah terjadi memang kehendak Allah. Dan tentu ada makna dibalik itu.

Seperti yang tercantum dalam surat As-Syura ayat 30:

“wa mā aṣābakum mim muṣībatin fa bimā kasabat aidīkum wa ya'fụ 'ang kaṡīr

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

Hadits shoheh dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

Sesungguhnya seorang hamba ketika didahului kedudukan di sisi Allah, dimana amalannya tidak sampai (kepadaNya), maka Allah akan mengujinya di badan atau harta atau anaknya”

Dan dari Anas bin Malik Radhiallahu anhu bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya agungnya pahala disertai dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah ketika mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang redo maka Dia akan redo dan siapa yang murka, maka Dia juga akan murka”

 

11. Saya paham apa yang benar-benar dibutuhkan pasien

Seumur hidup alhamdulillah saya tidak pernah rawat inap di RS. Inilah pengalaman pertama saya. Pengalaman di RS membuka mata saya apa yang benar-benar dibutuhkan seorang pasien. Menurut saya, dukungan emosional jauh lebih dibutuhkan dibandingkan dukungan lainnya. Ketika kamu merasa tenang, bahagia dan percaya semua baik-baik saja maka imun tubuhmu akan menguat dan lekas pulih. Sayangnya banyak sekali yang memiliki stigma negatif terhadap pasien covid dan virus itu sendiri. Perkataan dan perilaku yang tidak diperlukan oleh pasien yang malah memperburuk imunnya. Saran saya bagi Anda yang sehat dan tidak terkena virus perbanyaklah edukasi diri dari sumber terpercaya. Jangan hanya membaca broadcast message HOAX, menonton video yang sudah didramatisir, dan mendengarkan berita yang “katanya.. katanya..”

 

12. Saya dapat melihat berbagai sifat asli orang lain

Ketika situasi tidak terkendali biasanya sifat asli orang keluar. Ada yang tetap tenang, ada yang kalap sehingga membuat orang lain tak nyaman. Mari kita tetap kendalikan emosi ketika situasi mulai tidak nyaman. Percayalah mereka yang membuatmu tidak nyaman itu karena belum teredukasi dengan benar mengenai virus atau mereka yang memang bersifat neurotic maka ini bukan tentang kamu ini tentang dirinya sendiri. Saran saya fokuslah pada orang mendukungmu.

 

13. Saya bersyukur dapat menulis ini karena memiliki harapan membawa kebaikan untuk orang lain

Jika tidak terinfeksi virus tentu tulisan ini tidak akan terbit. Memang tidak mudah ketika mengalami musibah. Saya tahu semua butuh waktu untuk menerima dan memprosesnya. Tidak apa-apa, ambil saja dulu waktumu. Saya berharap ketika kamu sudah tenang, kamu bisa menemukan makna bawah musibah ini bisa membawamu ke kebaikan.

 

Apakah saya pernah merasa sedih, marah atau menangis ketika terinfeksi? Ya pernah. Apakah saya pernah menerima stigma negatif, bahkan setelah dinyatakan sembuh? Ya pernah. Kalau kamu merasakan perasaan negatif ya tidak apa-apa rasakan saja. Itu artinya kamu sadar apa yang terjadi dengan dirimu. Rasa bersyukur terlebih lagi ditengah musibah, memang membutuhkan proses. Jika sudah dapat berpikir jernih, mari berpikir dengan logika. Hal apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini? Hal baik apa yang didapat dari musibah ini? Hikmah apa yang saya dapat? Saya percaya setiap cerita hidup pasti membawa kebaikan, entah untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.

 




Semoga tulisan saya bermanfaat bagi yang membacanya.

Love, Irena.